Judul
buku : Senyum Karyamin
Pengarang
: Ahmad Tohari
Penerbit
: PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun
Terbit : 1995
Tebal
Buku : 75 halaman
Daftar Cerpen dalam Buku :
- Senyum Karyamin
- Jasa-jasa buat Sanwirya
- Si Minem Beranak Bayi
- Surabanglus
- Tinggal Matanya Berkedip-kedip
- Ah, Jakarta
- Blokeng
- Syukuran Sutabawor
- Rumah yang Terang
- Kenthus
- Orang-orang Seberang Kali
- Wangon Jatilawang
- Pengemis dan Shalawat Badar
Seperti
karya-karya Ahmad Tohari sebelumnya, dalam buku Senyum Karyaminpenulis asal
Banyumas ini memasukan unsur-unsur pedesaan lengkap dengan kehidupan
penduduknya yang disulap sedemikian rupa hingga menjadi sebuah kisah yang
menarik.
Dari tiga belas
cerpen yang tersaji dalam buku ini, ada satu judul yang menarik perhatian
resentator.Yakni cerpen nomor dua yang berjudul “Jasa-jasa buat Sanwirya”.Bab
ini menarik karena hanya dengan satu latar tempat dan satu latar waktu, kita
dapat menemukan beberapa latar suasana yang mengiringi alur cerita dari awal
hingga akhir. Pembaca pasti akan mendapatkan gambaran yang jelas ketika
membacanya.
Kisah menarik
cerpen tersebut berawal dari timbulnya rasa belas kasihan teman – teman Sanwira
yang tidak kuat menahan perasaan kasihan kepada Sanwira yang baru saja terjatuh
dari pohon kelapa, ditambah lagi istri Sanwira yang tiada hentinya menangis
menguras air matanya, serta kondisi ekonomi keluarga Sanwira yang kesulitan.
Teman-teman Sanwira memikirkan jasa-jasa yang hendak mereka lakukan kelak untuk
Sanwira, yang bukannya meringankan beban Sanwira yang sedang jatuh tertimpa
tangga. Sebagai seorang penderes, itulah resiko utama yang harus dihadapi
setiap saat menderes yang mengancam keselamatannya. Hingga mereka berfikir
tidak sedikit bagi penderes yang mati apabila terjatuh dari pohon kelapa.
Bukanya memberikan apa yang mereka miliki, teman-teman Sanwirya justru terus
berdebat tentang banyak hal, seperti memberikan pinjaman dari lumbung desa dan
para tengkulak.
Akhir cerita,
jasa-jasa yang mereka rencanakan seakan-akan tidak berguna, hingga istri
Sanwira keluar dan meminta tolong Sampir untuk memanggil Modin, karena Sanwira
hampir ajal.Itulah jasa yang masih bisa dilakukan buat Sanwira, yaitu
memanggilkannya Modin.Sampir kemudian lari hingga jatuh di bawah pohon manggis
tersandung pangkal, bangun dan lari lagi.
Ahmad Tohari
memang pandai membawa pembacanya ke alam imajinasi karanganya.Hal itu tak
terlepas dari pilihan kata yang digunakan.Kata-kata yang digunakan tidak
terlalu berat dan makna dari kata-katanya tidak susah dicari. Tapi meski
begitu, keindahan dalam setiap kata yang digunakan tetap tersaji dengan baik.Secara
tersirat, cerpen-cerpenya memberikan banyak pelajaran.
Namun karena semua
cerpenya menceritakan kehidupan orang-orang yang sederhana, tak dapat
dipungkiri hal tersebut membuat karyanya terkesan kurang bervariasi. Selain
itu, dalam cerpenya terdapat banyak bahasa banyumasan yang mungkin kurang
dipahami oleh sebagian pembaca dari daerah lain. Memang terdapat penjelasan tentang
kata-kata tersebut, namun itu akan mengurangi konsentrasi dan intensitas para
pembacanya.
Terlepas dari
sedikit kekuranganya, buku ini sangat menarik dari segi jalan
cerita dan bagaimana penyampaianya kepada pembaca.Tidak ada salahnya meluangkan
sedikit waktu untuk membaca buku tersebut, banyak manfaat yang dapat kita
peroleh dan pelajari dari cerpen tersebut. Jadi, tidak ada ruginya mengganti waktu
luang seperti antri, melamun, main game, dengan membaca cerpen yang syarat akan
manfaat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar