Sabtu, 05 Januari 2013

Resensi Buku Kumpulan Cerpen Ahmad Tohari



Resentator              : Astiawan Handi Pradana
Judul buku             : Senyum Karyamin
Pengarang               : Ahmad Tohari
Penerbit                  : PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Tahun Terbit           : 1995
Tebal Buku             : 75 halaman


Daftar Cerpen dalam Buku :

  1. Senyum Karyamin
  2. Jasa-jasa buat Sanwirya
  3. Si Minem Beranak Bayi
  4. Surabanglus
  5. Tinggal Matanya Berkedip-kedip
  6. Ah, Jakarta
  7. Blokeng
  8. Syukuran Sutabawor
  9. Rumah yang Terang
  10. Kenthus
  11. Orang-orang Seberang Kali
  12. Wangon Jatilawang
  13. Pengemis dan Shalawat Badar


Seperti karya-karya Ahmad Tohari sebelumnya, dalam buku Senyum Karyaminpenulis asal Banyumas ini memasukan unsur-unsur pedesaan lengkap dengan kehidupan penduduknya yang disulap sedemikian rupa hingga menjadi sebuah kisah yang menarik.
Dari tiga belas cerpen yang tersaji dalam buku ini, ada satu judul yang menarik perhatian resentator.Yakni cerpen nomor dua yang berjudul “Jasa-jasa buat Sanwirya”.Bab ini menarik karena hanya dengan satu latar tempat dan satu latar waktu, kita dapat menemukan beberapa latar suasana yang mengiringi alur cerita dari awal hingga akhir. Pembaca pasti akan mendapatkan gambaran yang jelas ketika membacanya.
Kisah menarik cerpen tersebut berawal dari timbulnya rasa belas kasihan teman – teman Sanwira yang tidak kuat menahan perasaan kasihan kepada Sanwira yang baru saja terjatuh dari pohon kelapa, ditambah lagi istri Sanwira yang tiada hentinya menangis menguras air matanya, serta kondisi ekonomi keluarga Sanwira yang kesulitan. Teman-teman Sanwira memikirkan jasa-jasa yang hendak mereka lakukan kelak untuk Sanwira, yang bukannya meringankan beban Sanwira yang sedang jatuh tertimpa tangga. Sebagai seorang penderes, itulah resiko utama yang harus dihadapi setiap saat menderes yang mengancam keselamatannya. Hingga mereka berfikir tidak sedikit bagi penderes yang mati apabila terjatuh dari pohon kelapa. Bukanya memberikan apa yang mereka miliki, teman-teman Sanwirya justru terus berdebat tentang banyak hal, seperti memberikan pinjaman dari lumbung desa dan para tengkulak.
Akhir cerita, jasa-jasa yang mereka rencanakan seakan-akan tidak berguna, hingga istri Sanwira keluar dan meminta tolong Sampir untuk memanggil Modin, karena Sanwira hampir ajal.Itulah jasa yang masih bisa dilakukan buat Sanwira, yaitu memanggilkannya Modin.Sampir kemudian lari hingga jatuh di bawah pohon manggis tersandung pangkal, bangun dan lari lagi.
Ahmad Tohari memang pandai membawa pembacanya ke alam imajinasi karanganya.Hal itu tak terlepas dari pilihan kata yang digunakan.Kata-kata yang digunakan tidak terlalu berat dan makna dari kata-katanya tidak susah dicari. Tapi meski begitu, keindahan dalam setiap kata yang digunakan tetap tersaji dengan baik.Secara tersirat, cerpen-cerpenya memberikan banyak pelajaran.
Namun karena semua cerpenya menceritakan kehidupan orang-orang yang sederhana, tak dapat dipungkiri hal tersebut membuat karyanya terkesan kurang bervariasi. Selain itu, dalam cerpenya terdapat banyak bahasa banyumasan yang mungkin kurang dipahami oleh sebagian pembaca dari daerah lain. Memang terdapat penjelasan tentang kata-kata tersebut, namun itu akan mengurangi konsentrasi dan intensitas para pembacanya.
Terlepas dari sedikit kekuranganya, buku ini sangat menarik dari segi jalan cerita dan bagaimana penyampaianya kepada pembaca.Tidak ada salahnya meluangkan sedikit waktu untuk membaca buku tersebut, banyak manfaat yang dapat kita peroleh dan pelajari dari cerpen tersebut. Jadi, tidak ada ruginya mengganti waktu luang seperti antri, melamun, main game, dengan membaca cerpen yang syarat akan manfaat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar